Lingkungan
Fisik
1)
Karya
peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor dan
kantor (kepala sekolah, guru, administrasi, bimbingan konseling).
2)
Karya
peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan yang seimbang
kepada semua peserta didik.
3)
Buku
dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang kelas.
4)
Buku
dan materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang tua/pengunjung
di kantor dan ruangan selain ruang kelas.
5)
Kantor
kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku bacaan untuk anak.
6)
Kepala
sekolah bersedia berdialog dengan warga sekolah.
Lingkungan
Sosial dan Afektif
1)
Penghargaan
terhadap prestasi peserta didik (akademik dan nonakademik) diberikan secara
rutin (tiap minggu/bulan). Upacara hari Senin merupakan salah satu kesempatan
yang tepat untuk pemberian penghargaan mingguan.
2)
Kepala
sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi.
3)
Merayakan
hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya merayakan Hari
Kartini dengan membaca surat-suratnya.
4)
Terdapat
budaya kolaborasi antarguru dan tenaga kependidikan, dengan mengakui kepakaran
masing-masing.
5)
Terdapat
waktu yang memadai bagi tenaga kependidikan untuk berkolaborasi dalam
menjalankan program literasi dan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaannya.
6)
Tenaga
kependidikan sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama
dalam menjalankan program literasi.
Lingkungan
Akademik
1)
Disediakan
waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan pembiasaan literasi:
membaca dalam hati (sustained silent reading), membacakan buku dengan nyaring
(reading aloud), membaca bersama (shared reading), membaca terpandu (guided
reading), diskusi buku, bedah buku, presentasi (show-and-tell presentation).
2)
Waktu
berkegiatan literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk kepentingan lain.
3)
Disepakati
waktu berkala membahas pelaksanaan gerakan literasi sekolah yang dimotori oleh
TLS.
4)
Buku
fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di sekolah. Buku cerita
fiksi sama pentingnya dengan buku berbasis ilmu pengetahuan. Untuk SMP minimal
ada 200 judul buku pengayaan dan 20 judul buku referensi di sekolah
(perpustakaan sekolah).
5)
Ada
beberapa buku yang wajib dibaca oleh warga sekolah.Untuk peserta didik SMP,
minimal dua belas buku bacaan nonpelajaran.
6)
Ada
kesempatan pengembangan profesional tentang literasi yang diberikan untuk staf,
melalui kerja sama dengan institusi terkait (perguruan tinggi, dinas
pendidikan, dinas perpustakaan, atau berbagi pengalaman dengan sekolah lain).
7)
Seluruh
warga sekolah antusias menjalankan program literasi, dengan tujuan membangun
organisasi sekolah yang suka belajar. (cf. Beers dkk., 2009; Wiedarti dan
Kisyani (ed,), 2016)
0 Response to "Ciri-Ciri Ekosistem Sekolah Yang Literat"
Post a Comment