Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf melalui penerapan Kegiatan
Menulis Jurnal dan Pemanfaatannya untuk Penilaian Autentik pada Siswa Kelas IXB
SMP Negeri 1 Nawangan, Kabupaten Pacitan.
Koresponden Artikel PTK
1. Eko siswanto, S.Pd.
SMPN 1 Nawangan
2. Siti Maesaroh, S.Pd.
SMPN 2 Arjosari
Email: smp1nawangangmail.com
Abstrak
Secara umum tujuan penelitian ini adalah mcndapatkan kajian tentang upaya
meningkatkan keterampilan menulis paragraf siswa Kelas IXB, SMP Negeri 1
Nawangan. Melalui kegiatan menulis jurnal dan pemanfaatannva untuk
penilaian autentik. Tujuan penelitian secara khusus sebagai berikut: (1) mendapatkan
kajian tentang upaya meningkatkan keterampilan menulis paragraf siswa Kelas IXB
SMP Negeri 1 Nawangan melalui tindakan pemahaman konsep dan pemodelan. (2) mendapatkan
kajian tentang upaya meningkatkan keterampilan menulis paragraf siswa Kelas IXB
SMP Negeri 1 Nawangan, melalui tindakan pelaksanaan dan pembiasaan menulis
jurnal dalam pembelajaran dan (3) mendapatkan kajian tentang upaya meningkatkan
keterampilan menulis paragraf siswa Kelas IXB SMP Negeri 1 Nawangan, melalui
tindakan penilaian autentik dengan memanfaatkan tulisan-tulisan dalam jurnal
siswa.
Kata Kunci : keterampilan, menulis
paragraf, menulis jurnal, penilaian autentik
PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa Indonesia secara fungsional dan komunikatif adalah
pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa, dalam
kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Siswa bukan
sekedar belajar tentang pengetahuan bahasa, melainkan belajar menggunakan
bahasa untuk keperluan berkomunikasi. Untuk itu, pendekatan pembelajaran yang
sesuai adalah pendekatan komunikatif.
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif itu diarahkan
untuk membentuk kompetensi komunikatif, yakni kompetensi kemampuan untuk
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, baik pada aspek
pemahaman, aspek penggunaan, maupun aspek apresiasi (Suparno 2001).
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan pengungkapan
pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan tersebut adalah keterampilan menulis
paragraf. Keterampilan menulis paragraf sebagai keterampilan berbagasa yang
bersifat produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang
harus dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara tertulis. Siswa akan
terampil mengorganisasikan gagasan dengan runtut, menggunakan kosakata yang
tepat dan sesuai, memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta
menggunakan ragam kalimat yang variatif dalam menulis jika memiliki kompetensi
menulis paragraf yang baik.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas, ditemukan bahwa menulis
kerap kali menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat respon
yang baik dari siswa. Siswa tampak mengalami kesulitan ketika harus menulis.
Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai.
Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai paragraf.
Siswa kerap menghadapi sindrom kertas kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka
takut salah, takut berbeda dengan apa yang dIXBnstruksikan gurunya.
Keterampilan menulis di kelas terkadang juga hanya diajarkan pada saat
pembelajaran menulis, padahal pembelajan keterampilan menulis dapat dipadukan
atau diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran di kelas. Pengintegrasian
itu dapat bersifat internal dan eksternal. Pengintegrasian internal berati
pembelajaran menulis diintegrasikan dalam pembelajaran keterampilan bebahasa
yang lain. Menulis dapat pula diintegrasikan secara eksternal dengan mata
pelajaran lain diluar mata pelajaran bahasa Indonesia.
Kecenderungan lain yang terjadi adalah pola pembelajaran menulis di kelas
yang dikembangkan dengan sangat terstruktur dan mekanis, mulai dari menentukan
topik, membuat kerangka, menentukan ide pokok paragraf, kalimat utama, kalimat
penjelas, ketepatan penggunaan pungtuasi dan sebagainya. Pola tersebut selalu
berulang tiap kali pembelajaran menulis. Pola tersebut tidak salah, tetapi pola
itu menjadi kurang bermakna jika diterapkan tanpa variasi strategi dan teknik
lain. Akibatnya, waktu pembelajaran pun lebih tersita untuk kegiatan tersebut,
sementara kegiatan menulis yang sebenarnya tidak terlaksana atau sekedar
menjadi tugas di rumah. Kegiatan menulis seperti ini bagi siswa menjadi suatu
kegiatan yang prosedural dan menjadi tidak menarik. Penekanan pada hal yang
bersifat mekanis adakalanya membuat kreatifitas menulis tidak berkembang karena
hal itu tidak mengizinkan gagasan tercurah secara alami. Bahkan, Tompokins
(1994:105) menegaskan bahwa terlalu menuntut kesempurnaan hasil tulisan dari
siswa justru dapat menghentikan kemauan siswa untuk menulis.
Pembelajaran menulis juga sering membingungkan siswa karena
pemilahan-pemilihan yang kaku dalam mengajarkan jenis-jenis tulisan atau
jenis-jenis paragraf, seperti narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi.
Pengategorian yang kaku itu membuat siswa menulis terlalu berhati-hati karena
takut salah, tidak sesuai dengan jenis karangan yang dituntut. Padahal,
ketakutan untuk berbuat salah tersebut dapat mematikan kreativitas siswa untuk
menulis.
Menyikapi hal tersebut perlu diterapkan suatu model penilaian keterampilan
menulis yang autentik dari komprehensif dengan berbagai teknik dan prosedur.
Model penilaian tersebut melihat perkembangan dan keberhasilan keterampilan
berbahasa siswa secara berkelanjutan (Pulh, 1997:6). Penilaian tersebut juga
harus dilakukan secara autentik, yaitu didasarkan proses perkembangan dan
data-data autentik yang menggambarkan keterampilan berbahasa yang dikuasainya
(Nurhadi, 2003:19). Dalam konteks yang lebih komunikatif, penilaian pun tidak
hanya dilakukan oleh guru, siswa dapat belajar saling menilai dengan temannya,
bahkan belajar menilai dirinya sendiri.
Permasalahan pokok yang menjadi fokus penelitian ini adalah rendahnya
keterampilan menulis paragraf siswa Kelas IXB SMP Negeri 1 Nawangan. dari studi
awal yang dilakukan di sekolah itu, ditemukan beberapa indikator yang
menunjukkan rendahnya keterampilan menulis siswa di sekolah tersebut. Indikator
yang dapat dilihat dari hasil tulisan siswa adalah (1) gagasan utama yang
disajikan tidak jelas dan banyak paragraf yang memiliki lebih dari satu gagasan
utama, (2) gagasan pengembang yang disajikan tidak padu dan tidak mendukung
gagasan utama, (3) banyak paragraf yang hanya terdiri dari atau kalimat, (4)
kalimat-kalimat yang digunakan banyak yang memiliki struktur yang tidak tepat,
(5) pilihan kata yang digunakan masih terbatas dan kurang tepat, utamanya pada
penggunaan konjungsi, dan (6) tanda baca dan ejaan yang digunakan masih banyak
kesalahan. Berdasarkan indikator-indikator tersebut hasil tulisan diposisikan
pada kualifikasi kurang sampai dengan cukup.
Dari hasil analisis dan diskusi disimpulkan dua faktor utama sebagai penyebab
rendahnya keterampilan menulis tersebut. Pertama,
faktor yang berhubungan dengan strategi pembelajaran keterampilan menulis. Kedua, faktor yang berkaitan dengan
proses penilaian pembelajaran keterampilan menulis.
Ada lima indikator faktor penyebab yang berhubungan dengan strategi
pembelajaran menulis. Pertama,
pembelajaran menulis yang dikembangkan masih dilakukan dengan cara mengutamakan
aspek teoritis, mekanis, dan kurang variatif sehingga kurang menarik minat
belajar siswa. Kedua siswa belum
dibiasakan dan latih untuk menulis secara berkesinambungan. Ketiga, tugas-tugas menulis paragraf
atau membuat karangan yang harus dikerjakan siswa sangat formal, dibatasi
jenisnya secara berksinambungan. Ketiga, tugas-tugas
menulis paragraf atau membuat karangan yang harus dikerjakan siswa sangat
formal, dibatasi jenisnya secara kaku, dan menuntut kesempurnaan hasil sehingga
kreativitas siswa untuk mengekspresikan diri melalui tulisan kurang dapat
berkembang. Keempat, bimbingan dan
penguatan yang diberikan guru terhadap kegiatan menulis yang dilakukan siswa
belum optimal. Kelima, pembelajaran
menulis yang dilaksanakan cenderung ekslusif, tidak terpadu dengan pembelajaran
aspek keterampilan berbahasa lain.
Indikator faktor penyebab yang berkaitan dengan proses penilaian
pembelajaran keterampilan menulis ada empat hal. Pertama, penilaian keterampilan menulis hanya dilakukan melalui
soal-soal tes sehingpa kurang memperhatikan aspek komunikatif dalam
pembeiajarean bahasa. Kedua, penilaian tidak merekam perkembanil-an
kemampi:an menulis yang sebenarnva karena tidak dilakukan secara berkelanjutan.
Ketiga, hanya dilakukan sepihak
oleh guru secara tertutup. Keempat, hasil penilaian tidak merefleksi
kebutuhan belajar siswa.
Permasalahan pokok yang menjadi fokus penelitian ini adalah rendahnya
keterampilan menulis paragraf siswa Kelas IXB SMP Negeri 1 Nawangan. dari studi
awal yang dilakukan di sekolah itu, ditemukan beberapa indikator yang
menunjukkan rendahnya keterampilan menulis siswa di sekolah tersebut. Indikator
yang dapat dilihat dari hasil tulisan siswa adalah (1) gagasan utama yang
disajikan tidak jelas dan banyak paragraf yang memiliki lebih dari satu gagasan
utama, (2) gagasan pengembang yang disajikan tidak padu dan tidak mendukung
gagasan utama, (3) banyak paragraf yang hanya terdiri dari atau kalimat, (4)
kalimat-kalimat yang digunakan banyak yang memiliki struktur yang tidak tepat,
(5) pilihan kata yang digunakan masih terbatas dan kurang tepat, utamanya pada
penggunaan konjungsi, dan (6) tanda baca dan ejaan yang digunakan masih banyak
kesalahan. Berdasarkan indikator-indikator tersebut hasil tulisan diposisikan
pada kualifikasi kurang sampai dengan cukup.
Dari hasil analisis dan diskusi disimpulkan dua faktor utama sebagai
penyebab rendahnya keterampilan menulis tersebut. Pertama, faktor yang berhubungan dengan strategi pembelajaran
keterampilan menulis. Kedua, faktor
yang berkaitan dengan proses penilaian pembelajaran keterampilan menulis.
Ada lima indikator faktor penyebab yang berhubngan dengan strategi pembelajaran
menulis. Pertama, pembelajaran
menulis yang dikembangkan masih dilakukan dengan cara mengutamakan aspek
teoritis, mekanis, dan kurang variatif sehingga kurang menarik minat belajar
siswa. Kedua siswa belum dibiasakan
dan latih untuk menulis secara berkesinambungan. Ketiga, tugas-tugas menulis paragraf atau membuat karangan yang
harus dikerjakan siswa sangat formal, dibatasi jenisnya secara berksinambungan.
Ketiga, tugas-tugas menulis paragraf
atau membuat karangan yang harus dikerjakan siswa sangat formal, dibatasi
jenisnya secara kaku, dan menuntut kesempurnaan hasil sehingga kreativitas
siswa untuk mengekspresikan diri melalui tulisan kurang dapat berkembang. Keempat, bimbingan dan penguatan yang
diberikan guru terhadap kegiatan menulis yang dilakukan siswa belum optimal. Kelima, pembelajaran menulis yang
dilaksanakan cenderung ekslusif, tidak terpadu dengan pembelajaran aspek
keterampilan berbahasa lain.
Indikator faktor penyebab yang berkaitan dengan proses penilaian
pembelajaran keterampilan menulis ada empat hal. Pertama, penilaian keterampilan menulis hanya dilakukan melalui
soal-soal tes sehingpa kurang memperhatikan aspek komunikatif dalam
pembeiajarean bahasa. Kedua, penilaian tidak merekam perkembanil-an
kemampi:an menulis yang sebenarnva karena tidak dilakukan secara berkelanjutan.
Ketiga, penII Aaian hanya dilakukan sepihak oleh guru secara tertutup. Keempat,
hasil penilaian tidak merefleksi kebutuhan belajar siswa.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
Penggunaan pendekatan kualitatif ini didasari pemikiran bahwa penelitian
ini berupaya untuk mengungkapkan berbagai gejala yang memberikan makna dan
informasi scsuai konteks dan tujuan penelitian melalui pengumpulan data.
Sejalan dengan pemfokusan dan latar alaminya yang berwujud aktivitas di
dalam kelas, rancangan penelitian tindakan yang diterapkan adalah penelitian tindakan
kelas classroom action reserch).
Berdasarkan pendekatan dan rancangan PTK yang akan diterapkan, prosedur dan
langkah-langkah penelitian ini mengikuti prinsip-prinsip dasar penelitian
tindakan. Oleh karena itu, model rancangan penelitian tindakan kelas yang akan
digunakan adalah model spirail-bersiklus sebagaimana dikemukakan Lewin
dan dikembangkan oleh kemmis dan Elliot (Elliot, 1991:71). Secara umum model
siklus ini meliputi (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
pengamatan, (4) analisis dan refleksi.
HASIL PEMBAHASAN
Pelaksanaan setiap siklus terdiri atas tiga tindakan pokok. Adapun ketiga
tindakan pokok tersebut adalah (1 ) pemahaman dan pemodelan. (2) Pelaksanaan
dan pembiasaan kegiatan menulis jurnal, dan (3} pelaksanaan penilaian autentik melalui
jurnal. Dalam tiap siklus, tindakan pertama dilaksanakan dengan alokasi waktu
dua kali pertemuan jam pelajaran. Tindakan kedua dilakukan terinteigrasi dalam
tiap jam pelajaran bahasa Indonesia selama empat kali pertemuan, guru menyediakan
waktu sepuluh sampai dengan lima belas menit di menit awal atau di akhir
pelajaran untuk menulis. Materi tulisan jurnal disesuaikan dengan
konteks materi pembelajaran saat itu. Tindakan ketiga selain dilakukan secara
bersinambungan oleh yang, dilakukan pula oleh siswa sekitar dua puluh menit
pada waktu yang ditentukan. Setiap siklus siswa menulis jurnal sebanvak lima
kali.
Pada siklus I kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ada 6 langkah pokok. Keenam langkah
pokok itu adalah ( 1 ) menyediakan waktu di awal pembelajaran untuk menulis,
(2) meminta siswa menulis secara bebas tentang gagasan. Perasaan, atau berbagai
hal yang dialaminya, (3) membantu memunculkan gagasan siswa melalui kegitan tanya
jawab, (4) memantau dan membimbing siswa saat menulis. (5) memberi penguatan
tiap kali perternuan, dan (6) mengumpulkan kembali buku jurnal yang telah
ditulis untuk diberi respon
Pada siklus II langkah-langkah pembalajaran tersebut tetap sama, tetapi
lebih bervariasi dibanding langkah-langkah pembelajaran pada siklus I. Pada
pertemuan pertama, guru meminta Siswa untuk menulis tentang kegiatan
kesehariannya, perasaan, pengalaman yang dialaminya, gagasan, atau
tanggapannya tentang sesuatu. Pada pertemuan kedua, guru memancing gagasan
siswa untuk menulis dengan berandai-andai melalui kegiatan tanya-jawab.
Komunikasi yang akrab tersebut dilakukan guru untuk memancing gagasan yang
lebih kreatif untuk ditulis da1am jurnal. Sebelum menulis, guru menanyakan
tentang harapan dan cita-cita siswa. Guru mengajak siswa berimajinasi seandainya
cita-cita atau keinginan itu tercapai.
Siswa cukup tertarik dengan pilihan topik-topik tersebut. Setelah memilih
salah satu topik kemudian siswa menulis jurnalnya penuh antusias. Berikut ini
disajikan salah satu contoh hasil tulisan siswa.
Hasil penelitaan
tindakan ini menunjukkan bahwa dengan pembiasaan menulis jurnal secara berkelanjutan,
siswa menjadi terbiasa menulis paragraf dan keterampilan menulis paragrafnya
pun meningkat. Indikator peningkatan keterampII Aan menulis paragraf tersebut
dapat dilihat dari tiga hal yaitu (1) kuantitas gagasan yang dihasilkan, (2)
kualitas paragraf: dan i:cantus~asan aktivitas dan motivasi siswa.
Peningkatan pertama terlihat dari jumlah gagasan dan
pilihan topik. Jumlah gagasan yang ditulis bertambah banyak serta memperlihatkan
cara pemalu yang beragam, tidak datemukan lagi paragraf yang hanya terdiri dari
satu kalimat. Peningkatan tersebut teriadi pada tiap siklus tindakan. Hal
tersebut secara lebih jelas dapat terlihat pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Perbandingan Rata-rata
Jumlah Gagasan dalam Tulisan Siswa Tiap Siklus
SIKLUS
|
PARAGRAF
|
KALIMAT
|
||
Jumlah
|
Rata-Rata
|
Jumlah
|
Rata-rata
|
|
Siklus I
|
97
|
10,4
|
431
|
47,8
|
Siklus II
|
120
|
13,3
|
554
|
61,6
|
Siklus III
|
132
|
14,7
|
606
|
67,3
|
Kualitas paragraf yang dihasilkan memperlihatkan
peningkatan. Peningkatan kualitas tersebut mencakup aspek pengembangan topik,
pengorganissia gagasan, penggunaan pilihan kata, tata bahasa, serta ejaan dan
tanda baca yang secara bertahap semakin baik. Secara lebih jelas, hal tersebut
tergambar dalam tabel berikut :
Tabel 3. Perbandingan Nilai
Rata-Rata dan Kualifikasi Kualitas Tulisan Siswa Per siklus.
SIKLUS I
|
SIKLUS II
|
Siklus III
|
|||
Nilai Rata-Rata
|
Kualifikasi
|
Nilai Rata-Rata
|
Kualifikasi
|
Nilai Rata-Rata
|
Kualifikasi
|
2,3
|
Cukup
|
3,1
|
Baik
|
3,4
|
Baik
|
Dari tabel di atas dapat dijelaskan siklus I kualitas paragraf siswa
rata-rata berkualitas cukup, cukup maka pada siklus II A dan II AI meningkat
menjadi baik. Dengan kata lain, paragraf yang ditulis siswa umumnya telah
memiliki gagasan utama dan gagasan pengembang yang jelas. Gagasan-gagasan itu
dikembangkan secara logis dengan pengorganisasian yang baik. Struktur
kalimat dan peralihan antar gagasan dalam paragraf sudah memperlihatkan keefektifan,
hal tersebut terlihat dari sedikitnya kesalahan dalam penggunaan konjungsi. Kosa-kata
yang digunakan juga cukup tepat dan dapat mewakili gagasan yang dikemukakan.
Beberapa kesalahan tata bahasa dari mekanik tulisan masih diketemukan, tetapi tidak
banyak dan tidak sampai mengaburkan makna gagasan yang dikemukakan.
Simpulan
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran
bahasa Indonesia di sekolah adalah rendahnva keterampilan menulis paragraf siswa. Hal itu terlihat dari
rendahnva kualitas paragraf yang dihasilkan siswa. Siswa juga kurang antusias
dan mengalami kesulitan ketika mendapat tugas untuk menulis. Hal tersebut diindikasikan
karena pembelajaran menulis yang dilakukan belum mendorong dan membentuk
kebiasaaan siswa untak menulis. Pembelajaran menulis yang disajikan belum
memberi kesempatan banyak pada siswa untuk menulis. Di sisi lain penilaian
keterampilan menulis juga belum dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut; salah satu alternatif tindakan yang
dapat diterapkan adalah penerapan kegiatan menulis jurnal dan memanfaatkan
hasil tulisan siswa dalam jurnal untuk penilaian autentik.
Penerapan kegiatan menulis jurnai ini dapat memberikan kesempatan lebih
banyak kepada siswa untuk mengekspresikan gagasan secara tertulis. Dengan terbiasa
dan lebih sering menulis, kualitas paragraf-paragraf yang dihasilkan dapat
semakin baik. Dalam pelaksanaannya. kegiatan menulis jurnal dan penilaian
autentik tersebut dilakukan secara terpadu dan terintegrasi dengan kegiatan
pokok pembelajaran bahasa lndonesia.
REFERENSI
Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan (Action Research). Bahan
Pelatihan Jakarta: Dikdasmen Depdikbud.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP dan MTs (Draf Final). Jakarta:
Depdiknas.
Laonhardt, M.2001. 99 Cara Menjadikan Anak Anda Bergairah
Menulis. Terjemahan oleh Eva Y. Nukman. 2001. Bandung Kaifa.
Nurhadi & Senduk, A.G.
2003. Pembelajaran Kontekstual dan
Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
O’Malley, J.M. & Piece,
L.V. 1996. Authentic Assessment for
Ennglish Language Learners: Practical Approaches For Teachers. Virginia:
Addison-Wesley.
Puhl, C. 1997. Develop, Not
Judge: Continuous Assesment in the ESL Classroom. English Teaching Forum, April 1997, pp 2-9.
Saukah, A. 1999. Prinsip Dasar
Penilaian Pendidikan Bahasa. Bahasa dan
Seni. Tahun 27, Nomor 1, Pebruari 1999, Hal; 19- 33.
0 Response to "Contoh Artikel Penelitian Judul Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf melalui penerapan Kegiatan Menulis Jurnal dan Pemanfaatannya untuk Penilaian Autentik pada Siswa"
Post a Comment