Kajian Pragmatik Percakapan Guru dengan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas X SMK

Kajian Pragmatik Percakapan Guru dengan Siswa dalam Pembelajaran  Bahasa Indonesia
di Kelas X SMK Negeri I Miri Kab. Sragen, Jawa Tengah

Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.
Prodi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan PBS FKIP Universitas Sebelas Maret
Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/-

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menjelaskan dan mendeskripsikan aneka tindak tutur yang digunakan dalam percakapan guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMK N 1 Miri, Kab. Sragen, (2) menjelaskan dan mendeskripsikan aneka maksud  yang terkandung dibalik percakapan guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMK N 1 Miri, Kab. Sragen. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik catat. Teknik analisis dilakukan dengan teknik mengalir. Hasil penelitian ini antara lain: (1) guru dan siswa menggunakan tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam pembelajaran di Kelas X SMK N 1 Miri, Kab. Sragen, (2) maksud-maksud yang terkandung di balik tuturan guru dan siswa, antara lain untuk: (1) menyuruh, memotivasi, mengklarifikasi, menguatkan, menghibur, dan menyimpulkan. Dengan demikian, percakapan guru dan siswa di kelas X SMK N 1 Miri lebih didominasi tindak tutur  langsung dan tidak langsung dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Kata kunci: kajian, pragmatik, percakapan, guru,  dan siswa SMK.

PENDAHULUAN
            Percakapan guru dan siswa dalam pembelajaran sangat menarik. Hal ini dapat diketahui interaksi guru dan siswa membawa dampak positif suasana komunikasi di kelas. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi menjadi sangatlah penting. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi  memiliki empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan dalam berkomuniasi sehari-hari.
            Terkait dengan percakapan di atas, dalam kajian linguistik dikenal dua kajian, yakni kajian bahasa secara struktural dan fungsional. Dalam hal ini, kajian yang paling tepat untuk melihat percakapan guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas X SMK N 1 Miri, Kab. Sragen adalah dengan kajian fungsional, khususnya kajian pragmatik. Kajian pragmatik merupakan kajian maksud di balik tuturan seorang penutur dan lawan tutur yang terikat konteks. Selaras dengan kajian pragmatik ini, dijelaskan para pakar  pragmatik, Leech (1983); Wijana dan Rohmadi (2009:12)  bahwa semantik adalah kajian bahasa yang terikat konteks.  Dalam kajian pragmatik dapat ditemukan berbagai fitur-fitur linguistik yang terikat konteks, baik konteks sosial, waktu, tempat, suasana, pendidikan, dan budaya. Kajian pragmatik ini menyangkut aspek-aspek maksud di balik tuturan seseorang. Oleh karena itu, peran konteks tuturan sangat kuat dalam memahami maksud  tuturan dalam berkomunikasi. Dengan demikian, percakapan guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia ini memanfaatkan aneka tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi serta mengandung berbagai maksud yang terselubung dibalik tuturannya. Terkait dengan kajian maksud dibalik tuturan ini, Leech (1983);  menjelaskan bahwa paragmatics studies meaning in relation to speech situation. Merujuk pada pendapat tersebut, dapat ditegaskan bahwa peran konteks tuturan sangat menentukan maksud tuturan dalam suatu percakaapan.
Lebih lanjut, Rohmadi (2013: 2); Rohmadi (2014:3) menjelaskan bahwa kajian pragmatik tidak dapat terlepas dari konteks tuturan. Selain itu,  bahasa sebagai alat komunikasi dalam berbagai konteks kehidupan untuk menyampaikan amanat dan pesan kepada para pembaca. Terkait dengan tersebut, Gunarwan (2002:184); Gunarwan (2007)  menjelaskan  bahwa  pragmatik selain untuk menyampaikan amanat, tugas, dan kebutuhan penutur, tujuan komunikasi adalah menjaga atau memelihara hubungan sosial penutur dengan pendengar. Dengan demikian, strategi yang diambil bukan sekadar strategi yang menjamin kejelasan pragmatik (pragamatic clarity) yang paling tinggi dengan mematuhi maksim-maksim prinsip kerja sama Grice sepenuhnya dengan menyusun ujaran sehingga benar-benar informatif (tidak lebih dan tidak kurang), betul (bukti-bukti yang diperlukan cukup), relevan, singkat, tertib, dan tidak samar serta ambigu (Rohmadi, 2009). Terkait dengan hal tersebut, dalam pragmatik pemarkah itu lebih tampak pada strategi-strategi para penuturnya dalam memproduksi tuturan (Rohmadi, 2014:3).
Tindak tutur dalam percakapan guru dan siswa menggunakan aneka strategi  tuturan yang berbeda-beda. Berkaitan dengan aneka strategi tutur yang digunakan dalam percakapan tersebut,  Purwo (1984:14) menjelaskan bahwa penciptaan strategi-strategi dalam memproduksi tuturan tersebut ada kalanya penutur harus mengucapkan sesuatu yang berbeda dengan yang dimaksudkannya dengan tujuan tertentu, ujaran yang disampaikan bermakna implisit.  Dengan demikian setiap tuturan seseorang dapat memiliki fungsi tuturan yang berbeda-beda.
Dalam berkomunikasi, penutur dan lawan tutur memerlukan sarana untuk berkomunikasi dalam segala konteks. Purwo (1984: 14) menjelaskan bahwa satu satuan lingual bisa dipakai untuk mengungkapkan sejumlah fungsi di dalam berkomunikasi dan suatu fungsi komunikatif tertentu dapat diungkapkan dengan sejumlah satuan lingual.  Oleh karena itu, objek ini menjadi kajian pargamatik, khususnya bidang implikatur. Selaras dengan implikatur ini, Grice (1975) (dalam Thomas, 1996: 57); (Rohmadi, 2014: 3)  menyatakan bahwa implikatur dibedakan menjadi dua, yaitu implikatur konvensional(Concentional Implicature) dan implikatur nonkonvensional (Concersational Implicature). Grice mengatakan bahwa They have in common the property that they both convey an additional level of meaning, beyond the semantic meaning of the words uttered (Keduanya memiliki kesamaan, yaitu adanya level tambahan makna, di luar arti  semantik dari ujaran yang terucap). Merujuk paparan di atas, dapat ditegaskan bahwa fokus permasalahan dalam penelitian ini antara lain: (1) bagaimana aneka tindak tutur dalam percakapan guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia ? dan (2) bagimana aneka maksud yang dikandung di balik tuturan percakapan guru dan siswa dalam pembelajaran di SMK N 1 Miri, Kab. Sragen?

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif.  Tuturan percakapan guru dan siswa kelas X SMK N 1 Miri, Kab. Sragen menjadi objek dalam penelitian ini.  Data dikumpulkan pada bulan Januari s.d. Februari 2014 dengan  dengan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan selaras  sesuai dengan permasalahan. Analisis data dilakukan dengan  teknik mengalir. Miles dan Huberman (1992, 15-20); Sutopo (1996). Proses analisis data dilakukan dengan tahapan: (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, dan (4) penarikan simpulan. Dengan demikian, proses analisis data  dan simpulan dilakukan dari awal sampai akhir.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Aneka Tindak Tutur dalam Percakapan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
            Guru sebagai seorang manjer pembelajaran memiliki peran penting di kelas. Komunikasi yang dilakukan guru dengan siswa memiliki aneka model tuturan. Tindak tutur yang digunakan guru dapat berupa pernyataan, pertanyaan, perintah, dan sebagainya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh situasi tuturan. Seorang guru menggunakan tuturan berwujud tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Hal itu dapat diperhatikan pada data berikut.
Tindak Tutur Lokusi
            Tindak tutur lokusi merupakan tindak tutur guru yang berisi peryataan. Tindak tutur ini biasanya bertujuan untuk menyampaikan informasi, menanya, atau mengklarifikasi sesuatu di dalam pembelajaran. Lihat contoh data (1) berikut.
Data (1)
Guru     : Selamat pagi anak-anak?
Siswa   : Pagi bu?
Guru     : Kalian sehat dan sukses!
Siswa   : Sehat dan sukses bu!
Guru     : Andi! Pimpin doa!
Andi     : Siap bu! (Guru BI/D-1/SMK/2014)

Merujuk data (1) dapat diperhatikan tindak tutur guru yang pertama menanyakan kondisi siswanya, “Selamat pagi anak-anak?”. Tindak tutur ini merupakan tindak tutur lokusi dan tidak memiliki maksud atau tendensi apa pun kecuali ingin menyapa para siswanya. Oleh karena itu, tindak tutur yang diberikana dalam jawaban para siswanya juga tidak memiliki maksud apa-apa kecuali memberikan jawaban terhadap tindak tutur lokusi dari gurunya. Jawaban serempak sebagai bentuk tindak tutur lokusi dari para muridnya, yaitu “Pagi bu”. Tindak tutur guru dalam percakapan ini memberikanpertanyaan untuk mendapatkan informasi kondisi para siswanya pagi itu. Hal ini dapat diperhatikan tindak tutur yang disampikan berikutnya, yaitu “Kalian sehat dan sukses?”. Kemudian para siswanya menjawab serempak “Sehat dan sukses bu”. Merujuk pada tindak tutur tersebut maka guru melanjutkan tindak tutur berikutnya untuk memerintahkan salah satu siswanya yang bernama Andi untuk memimpin doa, “Andi! Pimpin doa” dan Andi pun menjawab dengan tindak tutur lokusi “Siap bu!”.

Tindak Tutur Ilokusi
            Tindak tutur ilokusi ini merupakan tindak tutur yang menyatakan dan memiliki maksud di balik tuturanya. Hal ini dimaksudkan bahwa di balik tuturan yang diucapkan oleh seorangh penutur memiliki maksud terselubung di balik tuturanya. Oleh karena itu, tindak tutur yang digunakan dalam konteks tuturan ini memiliki maksud tertentu, seperti mengklarifikasi, menyindir, atau pun menguatkan suatu praduga seorang penutur kepada lawan tutur. Lihat data (2) berikut.
Data (2)
Siswa   : Bu, Anton tidak masuk!
Guru     : Anton lagi!
Siswa   : Arman juga bu! (Guru BI/D-2/SMK/2014)

Pada data (2) dapat dilihat konteks tuturan antara seorang siswa dan guru di dalam pembelajaran di kelas. Ketika siswa menyampaikan tuturanya, “Bu, Anton tidak masuk! Kemudian gurunya menjawab dengan tindak tutur, “Anton lagi!. Tindak tutur guru dalam percakapan tersebut merupakan tindak tutur ilokusi. Tindak tutur tersebut selain menyatakan informasi bahwa Anton yang tidak masuk kelas tetapi juga mengandung maksud untuk mengklarifikasi kepada para siswanya, “Anton lagi! Tindak tutur ilokusi tersebut memberikan deskripsi bahwa Anton selama ini sering tidak masuk maka ketika dilaporkan tidak masuk pada hari itu, guru menjawab dengan jawaban yang menyatakan seolah-olah sudah menjadi langganan Anton tidak masuk sekolah.

Data (3)
Siswa   : Bu, PR-nya dikumpulkan tidak?
Guru     : Rudi, bawa ke meja ibu ya!
Rudi     : Ya bu! (Guru BI/D-3/SMK/2014)
            Tindak tutur ilokusi lain dapat diperhatikan pada data (3) di atas. Pada data (3) tersebut dideskripsikan tindak tutur siswa yang menanyakan mengenai PR-nya dikumpulkan atau tidak, seperti dalam tuturan berikut “Bu, PR-nya dikumpulkan tidak?”. Kemudian guru menjawabnya justru dengan kalimat perintah, “Rudi, bawa ke meja ibu ya!. Berdasarkan tindak tutur yang disampaikan guru tersebut menggambarkan bahwa tindak tutur ilokusi yang disampaikan guru tersebut selain memerintahkan kepada Rudi sekaligus menjawab pertanyaan salah satau siswa yang lain. Hal ini sebagai bentuk tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang menyatakan sesuatu dan juga mengandung maksud di balik tuturanya.

Tindak Tutur Perlokusi
            Tindak tutur perlokusi merupakan tindak tutur yang menyatakan sesuatu kepada lawan tutur dan memiliki dampak langsung kepada lawan tutur.  Tindak tutur ini digunakan oleh guru dalam pembelajaran untuk memberikan sokterapi kepada para siswanya yang malas atau kadang-kadang tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Dalam percakapana guru dan siswa di kelas X SMK N 1 Miri Sragen, tindak tutur perlokusi ditemukan pada saat guru akan mengadakan ulangan. Perhatikan data (4) berikut.
Data (4)
Guru     : Anak-anak, kita ulangan hari ini!
Siswa   : Belum jelas bu, minggu depan saja!
Guru     : Yang ingin ulangan minggu depan silakan keluar!
Siswa   : Ya bu! (Guru BI/D-4/SMK/2014)

Berdasarkan informasi pada data (4) dapat dideskripsikan bahwa guru menggunakan tindak tutur perlokusi dengan tuturan, “Anak-anak, kita ulangan hari ini!”. Kemudian para siswa menjawab dengan tuturan membantah, “Belum jelas bu, minggu depan saja!”. Tuturan guru tersebut berdampak langsung kepada para siswa, bahwa mereka masih belum memahami topik yang akan dijadikan bahan ulangan sehingga mereka minta ulangan dilakukan minggu depan saja. Guru mendengar jawaban murid-muridnya tersebut Langsung menanggapi dengan tindak tutur tidak langsung, “Yang ingin ulangan minggu depan silakan keluar!” Tindak tutur guru tersebut membuat semua siswa tidak berani membantah lagi, sehingga dampak dari tindak tutur gurnya sangat luar biasa dan semua siswa mematuhinya.

Aneka Maksud yang Terkandung di Balik Tindak Tutur Percakapan Guru dan Siswa
Setiap tuturan dalam suatu percakapan memiliki maksud dan tujuan. Tindak tutur yang disampaikan oleh seorang penutur, selain untuk menyampaikan informasi juga memiliki maksud yang terkandung di balik tuturanya. Demikian pula, tindak tutur percakapan guru dan siswa di kelas X SMK N 1 Miri Sragen juga terkandung maksud-maksud di balik tuturannya. Aneka maksud tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Tindak Tutur untuk Menyuruh
            Tindak tutur guru memiliki maksud untuk menyuruh kepada siswanya. Hal ini sebagai bukti bahwa guru menggunakan tindak tutur dalam percakapanya untuk menyuruh berbagai kegiatan dalam pembelajaran. Tindak tutur untuk menyuruh ini dilakukan oleh guru hampir dalam setiap kegiatan pembelajaran, baik pada saat pembukaan, pelaksanaan, dan penutupan pembelajaran. Hal ini dapat diperhatikan pada data (5) berikut.
Data (5)
Guru     : Anton, coba ceritakan pengalamanmu waktu hari Minggu di rumah!
Siswa   : Hari minggu ke sawah bu!
Guru     : Lanjutkan!
Siswa   : Sudah bu, hanya berhenti di sawah! (Guru BI/D-5/SMK/2014)

Berdasarkan data (5) dapat dijelaskan tindak tutur guru untuk menyuruh siswanya. Hal ini tampak pada tindak tutur, “Anton, coba ceritakan pengalamanmu waktu hari Minggu di rumah!”. Tindak tutur menyuruh ini dilakukan guru berulang-ulang ketika melakukan kegiatan pembelajarn di kelas. Tindak tutur ini dilakukan oleh guru bahasa Indonesia lebih banyak menggunakan tindak tutur langsusng.

Tindak Tutur untuk Memotivasi
            Maksud  tindak tutur memotivasi juga digunakan oleh guru bahasa Indonesia pada saat pembelajaran bahasa Indonesia dengan topik puisi. Hal ini dapat dilihat pada data (6) berikut ini, guru menggunakan tindak tutur yang mengandung maksud untuk memotivasi muridnya, bahwa dia dapat melakukanya tanpa harus bergantung kepada orang lain. Perhatikan data (6) berikut.
Data (6)
Guru     : Rita, coba kamu ceritakan masalah  puisi!
Siswa   : Puisi adalah kata-kata bu!
Guru     : Buat puisi bebas!
Siswa   : Di bawa rini bu!
Guru     : Ayo, kamu pasti bisa, jangan bergantung pada orang lain!
(Guru BI/D-6/SMK/2014)
           
Berdasarkan informasi pada data (6) dapat diperoleh maksud yang terkandung dibalik tuturan gurunya yang terakhir, “Ayo, kamu pasti bisa, jangan bergantung pada orang lain!” Tindak tutur tersebut meyakinkan dan memotivasi siswanya secara langsung agar berani dan mau untuk menceritakan masalah puisi dan bahkan memberikan contoh puisi. Dengan demikian, tindak tutur yang digunakan guru bahasa Indonesia tersebut memiliki maksud untuk memotivasi dan meyakinkan siswanya.

Tindak Tutur untuk Mengklarifikasi
            Maksud yang terkandung dibaik tindak tutur guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran yang lain adalah bermaksud untuk mengkalrifikasi. Hal ini biasa bertujuan untuk menegaskan, memilah, dan menentukan fakta yang ada. Hal ini terlihat pada data (7) berikut.
Data (7)
Siswa   : Bu, Anton tadi dipanggil kepala sekolah!
Guru     : Rita ndak ikut!
Siswa   : Hanya ketua kelas bu
Guru     : Oooo..mari kita mulai pelajaranya (Guru BI/D-7/SMK/2014)
           
Berdasarkan data (7) tersebut, tindak tutur guru bermaksud untuk mengklarifikasi dengan tindak tutur, “Rita ndak ikut?” Dengan tuturan tersebut, siswa yang lain akhirnya dapat menjawab dengan tindak tutur penegasan, “Hanya ketua kelas bu!”. Dan tuturan para siswa tersebut menjawab klarifikasi gurunya.
 

Tindak Tutur untuk Menegaskan
            Tindak tutur yang lain dalam percakapan guru dan siswa dalam pembelajaran di SMK N 1 Miri adalah untuk menegaskan. Tindak tutur ini sering dilakukan guru dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat dilihat pada data (8) berikut.
Data (8)
Siswa   : Bu Yuli, kapan kita tampil main drama bu!
Guru     : Bergantung bapak kepala sekolah!
Siswa   : Hlo kok kepala sekolah bu?
Guru     : Yang punya kebijakan beliau (Guru BI/D-8/SMK/2014)
           
Berdasarkan informasi pada data (8) tersebut dapat dideskripsikan bahwa guru bahasa Indonesia ingin menegaskan bahwa pementasan drama bergantung persetujuan kepala sekolah. Yang dimaksud persetujuan tersebut, adalah pendanaan pementasan drama tersebut. Ini terlihat pada tindak tutur guru, “Bergantung kepala sekolah” dan “Yang punya kebijakan beliau”. Dengan demikian, guru sering menggunakan tindak tutur untuk menegaskan informasi, pelajaran, dan kegiatan-kegiatan lain di dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMK N 1 Miri Sragen.

Tindak Tutur untuk Mengibur
            Tindak tutur lain yang dilakukan guru bahasa Indonesia di kelas X SMK N 1 Miri mengandung maksud untuk menghibur. Hal ini dilakukan oleh guru dalam rangka membangun suasana pembelajaran secara kreatif. Pada data (9) dapat dideskripsikan sebagai wujud tindak tutur guru yang bermaksud untuk menghibur. Perhatikan data (9) berikut.
Data (9)
Guru     : Ari, coba jelaskan pantun!
Siswa   : Pantun bu?
Guru     : Ya, pantun…?
Siswa   : Pantun ya bu…?
Guru     : Ari…Ari…(Guru BI/D-9/SMK/2014)
           
Merujuk pada data (9) di atas, dapat diuraikan maksud yang terkandung di balik tuturan tersebut untuk menghibur para siswanya. Hal ini dilakukan oleh siswa ketika menanggapi perintah gurunya. Ketika gurunya megatakan “Ari, coba jelaskan pantun!. Kemudian siswa yang diperintahklan tersebut menjawab dengan berulang-ulang, “Pantun ya bu..?”. Jawaban siswa tersebut diulang-ulang dimaksudkan untuk menghibur. “Dia seperti kura-kura di atas perahu, dia pura-pura tidak tahu. Pada hal memang dia tidak tahu..” Itu lah tanggapan gurunya dan semua siswa tertawa mendengarnya.

Tindak Tutur untuk Menyimpulkan
            Tindak tutur yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia di kelas X SMK N 1 Miri mengandung maksud untuk menyimpulkan. Tindak tutur ini digunakan guru ketika mengakhiri pembelajaran bahasa Indonesia. Tindak tutur ini biasanya disampaikan sebagai penutup dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Perhatikan data (10) berikut.
Data (10)
Siswa   : Sudah bel bu?
Guru     : Selesaikan dulu!
Siswa   : Nggak untuk PR bu?
Guru     : Kalau masih banyak, selesaikan di rumah,
              Kalian harus dapat mengambil hikmah dari pembelajaran kita hari ini.
              Jangan lupa, kerjakan latihan-latihan untuk pengayaan. Andi pimpin doa!
Siswa   : Siap bu! (Guru BI/D-10/SMK/2014)
           
Merujuk pada data (10) di atas, dapat dijelaskan bahwa guru bermaksud untuk menyimpulkan dan menutup pembelajaran dengan tindak tutur langsung. Hal ini, sebgai bentuk tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyimpulkan dan menutup sebuah pembelajaran. Tindak tutur guru, “Kalau masih banyak, selesaikan di rumah, Kalian harus dapat mengambil hikmah dari pembelajaran kita hari ini. Jangan lupa, kerjakan latihan-latihan untuk pengayaan. Andi pimpin doa!”
Dengan demkian, aneka maksud yang terkandung dalam tindak tutur guru bahasa Indonesia dengan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X SMK N 1 Miri dapat menjadi penguatan dalam berkomunikasi antara guru dan siswa. Selain itu juga menjadi motivasi untuk berlatih keterampilan berbicara, baik dengan siswa maupun dengan gurunya.



SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) guru dan siswa menggunakan tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam pembelajaran di kelas X SMK N 1 Miri, Kab. Sragen, (2) maksud-maksud yang terkandung di balik tuturan guru dengan siswa, antara lain untuk: (1) menyuruh, memotivasi, mengklarifikasi, menguatkan, menghibur, dan menyimpulkan. Dengan demikian, percakapan guru dan di siswa di kelas X SMK N 1 Miri lebih didominasi tindak tutur langsung dan  tidak langsung untuk menyampaikan maksud tuturanya.

DAFTAR PUSTAKA

Gunarwan, Asim. 1992. “Persepsi Kesantunan Direktif di dalam Bahasa Indonesia di Antara Beberapa Kelompok Etnik di Jakarta”. Dalam PELLBA 5. Yogyakarta: Kanisius.
Gunarwan, Asim. 2007. Pragmatik: Teori dna Kajian Nusantara. Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.
Grice, H.P.  1975. Logic and Conversation In Cole P (ed) Syntax and Semantic 3: Speech Acts. New York: Academic Press. Vol. 3. Pp. 41-58.

Leech, Geoffrey. 1983. Principles of Pragmatics. Singapore: Longman.

Milles, Matthew.  & A. Michael Huberman. .1992. Analisis Data Kualitatif (Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru). Jakarta: UI-Press.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rohmadi, M. 2009. ”Implikatur dalam Wacana kampanye Politik Pemilu 2009”, dipresentasikan dalam  disajikan pada Konferensi Linguistik Tahunan (KOLITA) Atma Jaya VII tanggal 27-28 April 2009 di Universitas Atma Jaya Jakarta
Rohmadi, M. 2013a. ”Tindak Tutur Persuasif dan Provokatif dalam Wacana Spanduk Kampanye Pilkada Jawa Tengah Tahun 2013”, Makalah yang dipaparkan dan diproceeding dalam Seminar Internasional, tanggal 4-5 Juli 2013  di Pascasarjana UNDIP Semarang.
_______. 2013b. “Tindak Tutur Ekspresif dan Persuasif  Guru-guru SD dalam Pembelajaran Peer Teaching di Hotel Grand Setiakawan Surakarta” Makalah dalam Proceeding Seminar Nasional 80 tahun Prof. Seoepomo, tanggal 5-6 Desember 2013 di UGM Yogyakarta.
________. 2014. ”Analisis Wacana Tekstual dan Kontekstual Pragmatik soal cerita Matematika dalam Ujian Nasional SD”. Makalah dipaparkan dalam Seminar Nasional di UNTAN Pontianak, Kalimanatan Barat, 27 Februari 2014.  
Thomas, Jenny. 1996. Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics. London and New York: Longman.
Sutopo. HB. 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Wijana, I Dewa P. dan Rohmadi, M. 2009. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis. Surakarta:Yuma Pustaka.

0 Response to "Kajian Pragmatik Percakapan Guru dengan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas X SMK"

Post a Comment