Peran Dongeng Rakyat Nusantara sebagai Media Pelestarian Bahasa Ibu dan Penanaman Nilai-nilai Karakter pada Generasi Muda Indonesia dalam Perspektif Sosiopragmatik

Peran Dongeng Rakyat Nusantara sebagai  Media Pelestarian Bahasa Ibu dan Penanaman Nilai-nilai Karakter pada Generasi Muda Indonesia
dalam Perspektif Sosiopragmatik

Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP UNS

Abstrak
Dalam penelitian ini dideskripsikan dan dijelaskan: (1) jenis-jenis dongeng rakyat nusantara yang dapat menjadi teladan anak-anak Indonesia, (2) peran dongeng rakyat nusantara sebagai upaya pelestarian bahasa Ibu di Indonesia. Sumber data dalam penelitian ini buku kumpulan dongeng berjudul “Dongeng Teladan Anak Indonesia: Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara” karya Tira Ikranegera, diterbitkan oleh Karya Ilmu Surabaya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan model mengalir, yaitu (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data dan analisis data, serta (4) penarikan simpulan. Kesimpulan dibuat dengan teknik deduktif, yaitu dari penjelasan umum menuju fakta-fakta khusus sebagai kesimpulan akhir. Hasil penelitian ini adalah: (1) jenis-jenis dongeng rakyat nusantara antara lain: (a) Jaka Tarub, (b) si kancil menipu anjing, (c) menipu para buaya, (d) asal mula huruf Jawa, (e) bawang putih dan bawang merah, (f) nyai ratu kidul, (g) Roro Jongrang, (h) Ande-Ande Lumut, (i) asal mula reog ponorogo, (j) Malin Kundang anak durhaka, (k) asal mula danau toba, (k) Panji Semirang, (i) hakim yang cerdik, (j) sabuk nabi sulaiman, (k) timun emas, (l) kancil menipu kera, (m) buaya yang serakah, (n) asal mula selat bali, dan (o) celaka karena sombong; (2)  Dongeng rakyat nusantara memiliki peran penting sebagai media dalam pelestarian bahasa ibu, karena dongeng-dongeng rakyat ini sebagai deskripsi konteks daerah-daerah nusantara. Dengan demikian, pemahaman isi dongeng secara tidak langsung telah memberikan gambaran kepada anak-anak untuk mengenali asal-usul daerahnya dan juga memahami isi dan maksud yang terkandung di dalamnya. Upaya pemakaian bahasa ibu dan pemahaman implikatur-implikatur dalam perpektif sosiopragmatik  akan mampu menjadi teladan-teladan untuk generasi muda calon pemimpin bangsa. Aneka maksud-maksud yang terkandung dibalik dongeng tersebut sekaligus sebagai implementasi pemakaian bahasa ibu dan nilai-nilai karakter dalam masyarakat.

Kata kunci: dongeng, rakyat, sosiopragmatik, karakter, dan nusantara


A.    PENDAHULUAN
Masih ternging-ngiang suara ibu mendongeng untuk anak-anaknya sewaktu mau tidur pada waktu kita masih kecil. Situasi tersebut sekarang ini sudah agak sulit ditemui dalam perkembangan zaman dan teknologi informasi seperti ini. Sekarang ini, situasinya sudah berbeda, banyak anak-anak yang justru tidur tidak dalam dekapan ibunya tetapi dalam regkuhan permainan game, komputer, internet, tv, dan sebagainya. Pemandangan ini sering membuat kita sebagai pendidik merenung. Berita-berita di media elekronik banyak menayangkan fakta-fakta kurang sedap menimpa anak-anak Indonesia, seperti peristiwa di JIS, si Emon Sukabumi, pedagang Cilok di Banyumas yang telah makan banyak korban anak-anak, dan banyak lagi fakta-fakta yang mungkin tidak terespos oleh media cetak dan elektronik.
Merujuk deskripsi di atas, perlu diketahui kata kuncinya adalah pemanfaatan bahasa dalam berkomunikasi dengan santun dan menanamkan serta mengimplementasikan nilai-nilai karakter kepada para generasi muda. Selain itu, para pemakai bahasa harus memahami prinsip-prinsip pemakaian bahasa yang berhubungan dengan masyarakat sosial. Pemahaman terhadap pemakaian bahasa yang berhubungan dengan sosial masyarakat juga harus dipahami konteks pemakaian bahasa tersebut. Oleh karena itu, perlu dipahami kajian interdisipliner sosiolinguistik dan pragmatik dalam pemakaian bahasa sehari-hari. Kedua kajian tersebut menjadi kunci implementasi berbahasa dalam masyarakat yang multikultur.
Berdasarkan pemahaman kita bersama dalam kajian bahasa, diketahui bahwa kajian pragmatik adalah kajian bahasa yang terikat konteks. Kajian pragmatik merupakan kajian interdisipliner linguistik yang meliputi berbagai aspek kebahahasaan khususnya mengkaji maksud dibalik tuturan.Hal ini selaras dengan Leech (1983); Wijana dan Rohmadi (2009:12)  menjelaskan bahwa paragmatics studies meaning in relation to speech situation. Selain itu, fungsi hakiki bahasa sebagai alat bekerja sama dalam setiap komunikasi.  Merujuk pada telaah teori tersebut, memberikan kekuatan bahwa implementasi bahasa dalam kehidupan sehari-hari dapat direalisasikan dalam segala konteks, baik sosial, budaya, pendidikan, agama, politik, dan ekonomi. Dengan demikian, kajian integrasi sosiolinguistik dan pragmatik sangat tepat untuk melihat dan mengkaji implementasi dan maksud dalam upaya pemertahanan dan pelestarian bahasa ibu.
Bahasa ibu (dalam hal ini bahasa daerah masing-masing di berbagai wilayah secara geografis). Bahasa Ibu di Indonesia memiliki aneka ragam, seperti bahasa Jawa, Sunda, Madura, Lampung, Kalimantan, dll. Dalam kajian ini, difokuskan pada bahasa Ibu yaitu bahasa Jawa yang digunakan para Ibu dan guru mendongeng melalui dongeng rakyat nusantara. Dengan komunikasi secara intensif ibu kepada anak-anaknya secara langsung telah melakukan secara nyata upaya pelestarian bahasa Ibu. Paparan tersebut, selaras dengan pendapat Chaer (2007: 33) mengatakan bahwa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa antara lain bahasa itu adalah sebuah sistem, berwujud lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, bermakna, konvensional, unik, universal, produktif, bervariasi, dinamis, bahasa berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan bahasa merupakan identitas penuturnya. Dengan demikian, intensitas komunikasi menjadi kata kunci dalam upaya pemertahanan dan pelestarian bahasa Ibu.
Berbicaraa masalah bahasa Ibu tidak dapat terlepas dari konteks pembicaraanya. Terkait dengan hal tersebut, kajian pragmatik tidak dapat terlepas dari konteks tuturan. Hal ini selaras dengan penjelasan Rohmadi (2013: 2); Rohmadi (2014:3) menjelaskan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi dalam berbagai konteks kehidupan. Selaras dengan pendapat tersebut, Gunarwan (1992; 2007:184) menyatakan bahwa selain untuk menyampaikan amanat, tugas, dan kebutuhan penutur, tujuan komunikasi adalah menjaga atau memelihara hubungan sosial penutur dengan pendengar. Dengan demikian, strategi yang diambil bukan sekadar strategi yang menjamin kejelasan pragmatik (pragamatic clarity) yang paling tinggi dengan mematuhi maksim-maksim prinsip kerja sama Grice sepenuhnya dengan menyusun ujaran sehingga benar-benar informatif (tidak lebih dan tidak kurang), betul (bukti-bukti yang diperlukan cukup), relevan, singkat, tertib, dan tidak samar serta ambigu (Wijana dan Rohmadi, 2009). Terkait dengan hal tersebut, dalam pragmatik pemarkah itu lebih tampak pada strategi-strategi para penuturnya dalam memproduksi tuturan. Merujuk penjelasan tersebut dapat ditegaskan bahwa konteks tuturan menjadi salah satu upaya pemahaman makna dalam pelestarian bahasa Ibu.
Mengkaji masalah nilai-niali pendidikan dalam dongeng tidak dapat dilepaskan dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter dalam kehidupan tidak dapat terlepas dari kegiatan peserta didik di sekolah formal dan nonformal. Pendidikan karakter berdasarkan penjelasan dalam KBBI (1995:445) adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain: tabiat, watak. Karakter pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang di dalam kehidupan dengan aneka konteks masing-masing. Karakter menunjukkan kekhasan yang dimiliki sejumlah orang termasuk kebajikan-kebajikan yang bersifat universal, seperti jujur, adil, ulet, pekerja keras, tanggung jawab, komitmen, selalu berbagi, disiplin, dan sebagainya. Oleh karena itu, karakter setiap orang berbeda-beda. Dengan demikian, nilai-nilai karakter ini harus ditanamkan kepada anak-anak kita sejak dini melalui berbagai konteks, salah satunya dongeng rakyat nusantara.
Upaya penanaman nilai pendidikan karakter ini selaras dengan cita-ciata ki hajar Dewantara, bahwa pendidikan karakter akan mampu mengubah paradigma bangsa. Selain itu, pendidikan karaklter ini juga telah disampaikan Dewantara (1994: 60); Dewantara (1961) yang menggunakan istilah budi pekerti untuk menyebut karakter. Sebelum menjelaskan pengertian budi pekerti, Ki Hadjar Dewantara mendefinisikan budi sebagai jiwa yang telah melalui batas kecerdasan tertentu hingga menunjukkan perbedaan yang tegas dengan jiwa hewan. Jiwa manusia merupakan diferensiasi kekuatan-kekuatan yang terkenal dengan sebutan trisakti. Ketiga kekuatan itu adalah pikiran, rasa, dan kemauan atau cipta – rasa – karsa. Trisakti inilah yang disebut budi oleh Ki Hadjar Dewantara. Berdasarkan, cita-cita luhur tersebut, tugas kita bersama untuk mewujudkannya.
Berdasarkan latar belakang dan kajian di atas, penelitian ini bertujuan untuk: (1) menjelaskan dan mendeskripsikan aneka dongeng rakyat nusantara yang memiliki nilai-nilai pembentukan karakter generasi muda, dan (2) mendeskripsikan dan menjelaskan peran dongeng rakyat nusantara dalam pelestarian bahasa ibu dalam rangka pembentukan generasi muda yang berkarakter.

B.    METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini buku kumpulan dongeng berjudul “Dongen Teladan Anak Indonesia: Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara” karya Tira Ikranegera, diterbitkan oleh Karya Ilmu Surabaya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan model mengalir mengacu pada teori Miles dan Huberman (1992, 15-20); Sutopo (1996), yaitu (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, dan (4) penarikan simpulan. Kesimpulan dibuat dengan teknik deduktif, yaitu dari penjelasan umum menuju fakta-fakta khusus sebagai kesimpulan akhir.

C.    HASIL DAN PEMBAHASAN
C.1 Jenis-jenis Dongeng Rakyat Nusantara sebagai Media Pelestarian Bahasa Ibu
Masih ingat ketika mendengar kata dongeng atau mendongeng. Yang muncul pertama dalam benak kita pasti dongeng “kancil nyolong timun”, “kancil, dan buaya”, atau pun dongeng asal-usul “telaga sarangan”, “gunung tangkuban perahu”, dan lain sebagainya. Merujuk pada dongeng-dongeng tersebut, siapa yang mendongeng? Jawabnya adalah Ibu, bapak, kakek, nenek, saudara, dan bapak atau ibu guru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa orang tua, kakek dan nenek, saudara, bapk/ibu guru menjadi orang pertama yang melestarikan bahasa Ibu.
Merujuk pernyataan tersebut, maka diperlukan penyamaan visi dalam kerangka melestarikan bahasa Ibu di era digitalisasi dan era teknologi informasi sekarang ini. Terkait dengan masalah tersebut, perlu diidentifikasi aneka dongeng rakyat nusantara yang mengandung nilai-nilai karakter dan dapat menjadi media pelestarian bahasa ibu. Berdasarkan identifikasi dalam buku kumpulan dongeng rakyat nusantara diperoleh dongeng-dongeng rakyak nusantara tersebut antara lain: (a) Jaka tarub, (b) si kancil menipu anjing, (c) menipu para buaya, (d)asal mula huruf jawa, (e) bawang putih dan bawang merah, (f) nyai ratu kidul, (g) roro jongrang, (h) ande-ande lumut, (i) asal mula reog ponorogo, (j) malin kundang anak durhaka, (k) asal mula danau toba, (k) panji semirang, (i) hakim yang cerdik, (j) sabuk nabi sulaiman, (k) timun emas, (l) kancil menipu kera, (m) buaya yang serakah, (n) asal mula selat bali, dan (o) celaka karena sombong.
Berdasarkan hasil identifikasi dongeng-dongeng rakyat nusantara tersebut dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dongeng-dongeng yang memiliki nilai-nilai luhur keteladanan untuk generasi muda. Dongeng-dongeng rakyat tersebut antara lain, Jaka Tarub, asal-usul huruf Jawa, bawang putih dan merah, Roro Jonggrang, dan Ande-Ande lumut. Dongeng-dongeng tersebut memiliki dimensi keteladanan dan moral dalam rangka pelestarian bahasa ibu dan pembentukan karakter generasi muda Indonesia.

C.2 Peran Dongeng Rakyat Nusantara dalam Pelestarian bahasa Ibu
Peran dongeng rakyat nusantara memiliki peran penting dalam melestarikan bahasa ibu, karena dongeng-dongeng rakyat nusantara ini sebagai deskripsi konteks daerah-daerah nusantara. Dengan demikian, dengan memahami isi dongeng secara tidak langsung anak-anak akan dapat mengenali asal-usul daerahnya. Selain itu, melalui dongeng rakyat tersebut juga dapat dipahami isi dan maksud yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai yang terkandung di dalam dongeng tersebut akan mampu memberikan keteeladan untuk generasi muda calon pemimpin bangsa. Aneka maksud-maksud yang terkandung dibalik dongeng tersebut sekaligus sebagai implementasi pemakaian bahasa ibu dan nilai-nilai karakter dalam masyarakat Indonesia.
Berdasarkan deskripsi di atas, peran dongeng rakyat nusantara dapat dijabarkan sebagai berikut. (1) Dongeng rakyat nusantara memiliki dimensi kebahasan formal dan nonformal. Dimensi kebahasan nonformal inilah yang menjadikan dongeng sebagai media pelestarian bahasa ibu. (2) Dongeng rakyat nusantara memiliki karakteristik konteks pemakaian bahasa dan makna budaya kedaerahan atau suku. Karakteristik konteks pemakaian bahasa dan makna budaya kedaerahan ini menjadi pilar terpenting dalam pelestarian bahasa ibu. (3) Dongeng rakyat nusantara sangat dekat dengan ranah keluarga dan pendidikan, yakni bapak, ibu, saudara, kakek, nenek, dan bapak/ibu guru. Dengan demikian, apabila dongeng semakin disampaikan dalam ranah keluarga maka pelesatraian dan pemakain bahasa ibu semakin terjaga. (4) Dongeng rakyat nusantara memiliki nilai-nilai karakter dan keteadanan untuk generasi muda. Nilai-nilai karakter tersbut terletak pada keselarasan cipta, karsa, dan  rasa yang terintegrasi dalam kajian sosiopragmatik. Mengapa demikian, karena pemakaian bahasa ibu dan maksud yang terkandung di dalam dongeng rakyat nusantara tersebut tidak dapat terpisahkan. (5) Dongeng rakyat nusantara adalah jiwa kita masyarakat Indonesia yang multikultur, multibahasa, multiagama, multiseni, multisuku, dan multisumberdaya alam. Semua itu terintegrasi dalam satu konteks yang saya sebut dengan konteks semesta. Hal ini selaras dengan konteks alam semesta yang kaya akan segalanya yang ada di dunia dan sekeliling kita.
Berdasarkan lima peran dan fungsi penting dongeng rakyat nusantara sebagai media pelestarian bahasa Ibu maka dapat ditegaskan bahwa harus ada uapaya bersama untuk melestarikan dongeng rakyat nusantara di seluruh Indonesia. Upaya pelestarian dongen rakyat nusantara ini harus dilakukan bersama-sama antara masyarakat, praktisi pendidikan, peneliti, guru, dosen, dan seluruh komunitas pelestari bahasa ibu dan budaya-budaya nusantara.Selain itu, dukungan dunia usaha dan industri sangat diperlukan dalam rangka melestarikan bahasa Ibu bermediakan dongeng rakyat nusantara. Ketika niat tulus ikhlas seluruh elemen bangsa untuk generasi penerus bangsa dapat dilakukan secara bersama-sama, maka cita-cita luhur untuk kejayaan bangsa dapat direalisasikan melalui kerja sama dalam bidang pelestarian bahasa, seni,dan budaya bangsa. Mari kita canangkan bersama melalui keluarga dan lembaga kita, aku cinta bahasa Ibu, aku bangga bahasa Ibu,dan bahasa Ibu memang selalu di hati kita. Salam sukses dan luar biasa.

D.    PENUTUP
Mengacu pada analisis dan penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) jenis-jenis dongeng rakyat nusantara antara lain: (a) Jaka Tarub, (b) si kancil menipu anjing, (c) menipu para buaya, (d) asal mula huruf Jawa, (e) bawang putih dan bawang merah, (f) nyai ratu kidul, (g) Roro Jongrang, (h) Ande-Ande Lumut, (i) asal mula reog ponorogo, (j) Malin Kundang anak durhaka, (k) asal mula danau toba, (k) Panji Semirang, (i) hakim yang cerdik, (j) sabuk nabi sulaiman, (k) timun emas, (l) kancil menipu kera, (m) buaya yang serakah, (n) asal mula selat bali, dan (o) celaka karena sombong; (2)  Dongeng rakyat nusantara memiliki peran penting sebagai media dalam pelestarian bahasa ibu, karena dongeng-dongeng rakyat ini sebagai deskripsi konteks daerah-daerah nusantara. Dengan demikian, pemahaman isi dongeng secara tidak langsung telah memberikan gambaran kepada anak-anak untuk mengenali asal-usul daerahnya dan juga memahami isi dan maksud yang terkandung di dalamnya. Upaya pemakaian bahasa ibu dan pemahaman implikatur-implikatur dalam perpektif sosiopragmatik  akan mampu menjadi teladan-teladan untuk generasi muda calon pemimpin bangsa. Aneka maksud-maksud yang terkandung dibalik dongeng tersebut sekaligus sebagai implementasi pemakaian bahasa ibu dan nilai-nilai karakter dalam masyarakat.


E.    DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Dewantara, K.H 1961. Karya Ki Hajar Dewantara: Bagian Pertama Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.

Dewantara, K.H. 1994. Karya Ki Hajar Dewantara: Bagian II Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.

Gunarwan, Asim. 1992. “Persepsi Kesantunan Direktif di dalam Bahasa Indonesia di Antara Beberapa Kelompok Etnik di Jakarta”. Dalam PELLBA 5. Yogyakarta: Kanisius.
Gunarwan, Asim. 2007. Pragmatik: Teori dna kajian Nusantara. Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.
Leech, Geoffrey. 1983. Principles of Pragmatics. Singapore: Longman.

Leech, Geoffrey.2011. Prinsip-PrinsipPragmatik. (Terj. Dr. M.D.D. Oka). Jakarta :UI Press.

Milles, Matthew.  & A. Michael Huberman. .1992. Analisis Data Kualitatif (Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru). Jakarta: UI-Press.

Pusat  Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Garamedia.
Rohmadi, M. 2009. ”Implikatur dalam Wacana kampanye Politik Pemilu 2009”, dipresentasikan dalam  disajikan pada Konferensi Linguistik Tahunan (KOLITA) Atma Jaya VII tanggal 27-28 April 2009 di Universitas Atma Jaya Jakarta.

Rohmadi, M. 2013a. ”Tindak Tutur Persuasif dan Provokatif dalam Wacana Spanduk Kampanye Pilkada Jawa Tengah Tahun 2013”, Makalah yang dipaparkan dan diproceeding dalam Seminar Internasional, tanggal 4-5 Juli 2013  di Pascasarjana UNDIP Semarang.
___________ 2013b. “Tindak Tutur Ekspresif dan Persuasif  Guru-guru SD dalam Pembelajaran Peer Teaching di Hotel Grand Setiakawan Surakarta” Makalah dalam Proceeding Seminar Nasional 80 tahun Prof. Seoepomo, tanggal 5-6 Desember 2013 di UGM Yogyakarta.
Rohmadi, M. 2014. ”Analisis Wacana Tekstual dan Kontekstual Pragmatik soal cerita Matematika dalam Ujian Nasional SD”. Makalah dipaparkan dalam Seminar Nasional di UNTAN Pontianak, Kalimanatan Barat, 27 Februari 2014.  
Sutopo. HB. 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Wijana, I Dewa P. dan Rohmadi, M. 2009. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis. Surakarta:Yuma Pustaka.

0 Response to "Peran Dongeng Rakyat Nusantara sebagai Media Pelestarian Bahasa Ibu dan Penanaman Nilai-nilai Karakter pada Generasi Muda Indonesia dalam Perspektif Sosiopragmatik"

Post a Comment