Analisis
Wacana Tekstual dan Kontekstual Soal Cerita
Matematika dalam Ujian Nasional SD sebagai bentuk Implementasi Bahasa
sebagai Penghela Ilmu dalam Kurikulum 2013
Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.
Jurusan PBS FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Email: rohmadi_dbe@yahoo.com
Abstrak
Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional yang
harus dibanggakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Selain itu, bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi dan penyebaran ilmu pengetahuan dalam
berbagai bidang. Merujuk fungsi bahasa
tersebut maka di dalam kurikulum 2013 bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu.
Bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai penghela semua ilmu untuk saling
mengisi dan mengimplementasikan empat keterampilan berbahasa, baik secara
tekstual maupun kontekstual. Hal ini dapat dilihat dalam soal-soal cerita matematika untuk anak SD, SMP, dan SMA/K
semua memanfaatkan bahasa. Dengan demikian, bahasa Indonesia memiliki peran
penting yang harus dipahami dan diimplementasikan melalui empat keterampilan
berbahasa bukan hanya bagi guru dan dosen bahasa Indonesia tetapi juga guru dan
dosen matematika. Strategi berkomunikasi dan pemahaman implementasi bahasa
dalam soal-soal cerita matematika ini diharapkan dapat mempermudah pemahaman
permasalahan bagi guru dan peserta didik.
Kata kunci: soal
cerita, matematika, penghela ilmu, dan kurikulum 2013.
A.
Pendahuluan
Bahasa diperlukan dalam berbagai kegiatan
manusia, baik bidang formal maupun nonformal. Hal ini menunjukkan bahasa memiliki
peran penting di dalam komunikasi. Kominkasi yang dilakukan manusia dalam
perkembanganya bukan saja lisan tetapi juga tulis atau sering disebut wacana.
Di dalam tataran kajian bahasa dapat diketahui dari tataran morfem, kata,
frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Hampir semua aspek kehidupan
dalam bidang pendidikan, khususnya guru
dan dosen memanfaatkan bahasa sebagai sarana komunikasi lisan dan tulis.
Lebih-lebih guru dan dosen dalam pembuatan soal-soal deskriptif dalam bentuk
wacana. Oleh karena itu, penelitian ini, difokuskan pada anlisis tekstual dan
kontekstual dalam wacana soal cerita matematika dalam ujian nasional SD.
Tataran tertinggi dalam kajian bahasa
adalah wacana. Wacana ini memiliki aneka dimensi terkait dengan sudut pandang
dan analisis yang berbeda sesuai dengan tujuan. Selaras dengan hal ini, (Kridalaksana, 1984:
208)
menjelaskan bahwa hierarki gramatikal wacana merupakan satuan gramatikal
tertinggi atau terbesar. Lebih lanjut dijelaskan bahwa wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri
ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat
yang lengkap.
Oleh karena itu wacana memiliki dua dimensi kajian utama yaitu analisis wacana
tekstual dan kontekstual. Berbicara masalah wacana (Djajasudarma, 1994: 1) menyatakan wacana (discourse), yang
berkembang di Indonesia merujuk dari bahasa Inggris discourse
analysis yang berkembang sekitar tahun 1970-an. Dengan demikian,
perkembangan analisis wacana di luar negeri dan Indonesia saling mengisi dan
mengauatkan bidang kajian ini.
Merujuk pemikiran di atas (Kartomihardjo,
1993:21) menguatkan bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang
lebih besar daripada kalimat. Dalam upaya menguraikan suatu unit bahasa
analisis wacana tidak terlepas dari penggunaan piranti cabang ilmu bahasa
lainnya seperti yang dimiliki oleh semantik, sintaksis, fonologi, dan lain
sebagainya. Selaras dengan pendapat tersebut, Suyitno (penerjemah, 2007:45)
menyatakan bahwa teori wacana digunakan untuk memahami fenomena sosial sebagai
pengonstruksian kewacanaan karena pada prinsipnya semua fenomena sosial bisa
dianalisis mennggunakan piranti analisis wacana. Terkait dengan berbagai teori
pengembangan dan analisis wacana di atas, permasalahan dalam penelitian ini
difokuskan pada: (1) bagaimana analisis tekstual wacana soal cerita matematika
dalam ujian nasional SD sebagai implementasi bahasa Indonesia sebagai penghela
ilmu pengetahuan dalam kurikulum 2013, (2) bagaimana analisis kontekstual dalam
wacana soal cerita matematika dalam ujian nasional SD sebagai implementasi bahasa Indonesia sebagai
penghela ilmu pengetahuan dalam kurikulum 2013.
B.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif sehingga tidak terikat pada tempat atau wilayah. Terkait dengan pendeskripsian
data ini peneliti juga menggambarkan bentuk wacana, narasi, situasi, dan
atribut informasi dalam pengambilan data. Hal ini selaras dengan
pendapat, Sutopo (1996: 49-51) menjelaskan bahwa data dapat digali dari informan
(nara sumber), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, dokumen dan arsip.
Merujuk teori di atas, penelitian ini merupakan kajian deskriptif kualitatif yang menjelaskan kata, frasa,
kalusa, dan kalimat sebagai wujud data yang dianalisis yaitu wacana soal cerita
matematika ujian nasional SD. Teknik pengumpulan dengan teknik simak dan catat.
Teknik analis data menggunakan teknik analisis isi (content analysis) dan mengalir.
C.
Hasil dan
Pembahasan
Bahasa Indonesia di dalam kurikulum 2013
dicanangkan sebagai penghela ilmu. Penghela ilmu yang dimaksud adalah sebagai
penarik dan media pengintegrasian dalam pembelajaran tematik integratif. Hal
ini sangat berkaitan erat dengan apa yang dijelaskan oleh Rani (2006: 19)
bahwa penggunaan bahasa dalam komunikas itu
dapat diidentifikasikan fungsi-fungsinya. Dalam hal ini bahasa berfungsi
sebagai penghela ilmu. Oleh karena itu, pernyataan tersebut apakah ditemukan
juga didalam penggunaan soal wacana cerita dalam soal ujian nasional SD.
C.1 Analisis Tektual Wacana Soal Cerita Matematika dalam Ujian Nasional SD
Dalam soal cerita yang digunakan dalam
soal ujian nasional matematika SD menggunakan aneka wacana tekstual. Hal ini
merujuk pada pendapat (Kridalaksana, 1984: 208) menjelaskan bahwa hierarki gramatikal wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau
terbesar. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh
(novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata
yang membawa amanat yang lengkap. Berdasarkan anggulasi teori tersebut, dapat
diperhatikan data (1) dan (2) berikut.
(1)
Boim mengantar bawang merah setiap 10 hari
sekali, bawang putih setiap 15 hari sekali, dan kemiri setiap 20 hari sekali.
Hari selasa 22 Maret 2011 ia mengantar ketiga barang dagangan secara
bersama-sama. Kapan Boim mengantar barang dagangan bersama-sama lagi….
a.
Jumat, 20 Mei 2011
b.
Sabtu, 21 mei 2011
c.
Jumat 20 Juni 2011
d.
Sabtu, 21 Juni 2011
Merujuk
pada data (1) penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi bentuk dan fungsi
wacana sangat jelas. Data (1) merupkan wacana deskripsi yang menyampaikan ide
dan gagasannya secara tekstual. Hal ini terlihat pada subjek ide pokok adalah
Boim. Sementara itu predikat berwujud kata kerja adalah mengantar, dan objeknya
adalah bawang merah dan bawang putih. Berdasarkan bentuk dan fungsi tekstual
dalam wacana tersbut sangat jelas. Oleh karena itu, wacana pada data (1)
berdasarkan analisis tekstualnya ingin menanyakan keterangan waktu, hal ini
terlihat pada pertanyaan, “Kapan Boim mengantar barang dagangan bersama-sama
lagi….? Selanjutnya, perhatikan data (2) yang menggambarkan wacana deskriptif
dan naratif penjumlahan dan pembagaian.
(2)
Sebuah perlombaan Arung Jeram diikuti oleh 80
peserta laki-laki dan 72 peserta perempuan. Panitia akan membagi peserta
menjadi 8 kelompok gabungan laki-laki dan perempuan dengan jumlah masing-masing
sama. Jumlah peserta laki-laki di masing-masing kelompok adalah…?
a.
9
b.
10
c.
16
d.
19
Merujuk
pada data (2) dapat dijelaskan bahwa wacana soal (2) merupakan wacana naratif
dan deskriptif. Dalam wacana soal (2) memberikan deskripsi mengenai sebuah
perlombaan arung jeram. Oleh karena itu, pembaca harus memahami logika
deskripsi wacana soal (2) adalah
penjumlahan dan pembagian. Hal ini terlihat pada kalimat, “diikuti oleh 80
peserta laki-laki dan 72 peserta perempuan. Panitia akan membagi peserta
menjadi 8 kelompok gabungan laki-laki dan perempuan dengan jumlah masing-masing
sama”. Dengan demikian peserta dijumlah terlebih dahulu baru dibagi delapan dan
akan menemukan jawaban terhadap pertanyaan, “Jumlah peserta laki-laki di
masing-masing kelompok adalah…?
C.2 Analisis
Kontekstual Wacana Soal Cerita Matematika dalam Ujian Nasional SD
Selain
wacana tekstual, sebuah wacana dapat dipahami secara kontekstual berdasarkan
fungsi bahasa kontekstual. Hal ini merujuk pada pendapat Rani (1993:23) yang menjelaskan bahwa fungsi
kontekstual bahasa berfokus pada konteks pemakaian bahasa. Fungsi tersebut
berpedoman bahwa suatu ujaran harus dipahami dengan mempertimbangkan
konteksnya. Dengan alasan bahwa suatu ujaran yang sama akan berbeda maknanya
apabila berada dalam konteks yang berbeda. Salah satu alat bantu untuk
menafsirkan berdasarkan konteks adalah dengan mempertimbangkan penanda-penanda
kohesi dan acuan (reference) yang
digunakan dalam situasi komunikasi. Dengan demikian, konteks wacana sangat
bergantung pada referensi yang digunakan sebagai acuan, dapat berupa konteks
sosial, ekonomi, budaya, agama, politik, hukum, dan pendidikan. Perhatikan data
(3) dan (4) berikut.
(3)
Pak Dadang membagikan bantuan berupa 96 kg
beras, 80 mie instan, dan 64 kemasan minyak goreng kepada tetangganya. Jika
tiap orang menerima bantuan sama banyak dan merata, berapa orang paling banyak
tetangga pak Dadang yang mendapatkan bantuan tersebut?
a.
4 orang
b.
8 orang
c.
12 orang
d.
16 orang
Berdasarkan data (3) di atas dapat dijelaskan
bahwa konteks yang digunakan pada wacana soal cerita (3) adalah konteks
sosial.Hal ini dapat diperhatikan konteks wacana adalah pak Dadang membagikan
bantuan berupa beras. Konteks ini merujuk pada K1 dan K2 dalam kurikulum 2013
sebagai pembentukan sikap religius (K1) yakni saling membantu sebagai bentuk
rasa syukur pada Tuhan. Kemudian sikap sosial (K2) yakni membantu
tetangga-tetangga yang kurang mampu. Sikap religius dan sosial yang ditunjukkan
oleh pak Dadang pada wacana soal (3) dengan memanfaatkan konteks sosial
memiliki keteladanan yang luar biasa bagi anak-anak SD yang membaca dan
menganilis soal tersebut.
Perhatikan data (4) sebagai perbandingan
wacana yang menggunakan konteks wacana yang berbeda. Hal ini diperlukan dalam
rangka memberikan aneka ide dan wawasan kepada para pembaca terhadap wacana
soal cerita matematika. Perhatikan data (4) berikut.
(4)
Dinda membagikan 56 kue dan 72 coklat kepada
teman-temannya. Setiap anak mendapat kue dan coklat sama banyak. Berapa coklat
yang diterima setiap anak?
a.
4
b.
8
c.
6
d.
9
Berdasarkan data (4) dapat dijelaskan bahwa
wacana soal cerita tersebut memanfaatkan konteks sosial, yakni Dinda membagikan
kue dan coklat kepada teman-temnya. Selain konteks sosial juga memnafaatkan
konteks lingkungan masyarakat dan sekolah. Hal ini dapat diurai dari situasi
Dinda ketika membagi kue dan coklat tadi apabila dilakukan untuk teman-teman
mainnya di sekitar rumah berarti memberikan keteladanan sikap religius(K1)
bersyukur dan sikap sosial (K2) sebagai sikap saling membantu di lingkungan
masyarakat. Dan apabila dilakukan di sekolah berarti memberikan keteladaan
sikap religius dan sosial di sekolah untuk teman-teman dan seluruh civitas
sekolah.
Merujuk analisis wacana (1) s.d. (4) dapat
dijelaskan bahwa wacana soal cerita dapat dipahami secara menyeluruh untuk
mengurai maksud yang terkandung di dalamnya. Hal ini dapat ditelaah secara
tekstual dan kontekstual. Telah secara tekstual berarti memanfaatkan bentuk dan
fungsi dalam kajian linguistik. Hal ini tampak pada data (1) dan (2). Sementara
telaah kontekstual mengurai maksud yang terkandung dalam wacana soal cerita
tersebut berdasarkan bentuk, fungsi, dan konteksnya. Hal ini terlihat pada data
(3) dan (4).
D.
Simpulan
Berdasarkan analisis
data dan kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa: (1) analisis tekstual
wacana soal cerita matematika dalam ujian nasional SD sebagai implementasi bahasa Indonesia
sebagai penghela Ilmu pengetahuan dalam kurikulum 2013, dapat berwujud wacana tekstual deskripsi dan
narasi dan (2) analisis kontekstual dalam wacana soal cerita matematika dalam ujian nasional SD sebagai
implementasi bahasa Indonesia sebagai penghela Ilmu pengetahuan dalam kurikulum
2013 dapat berupa konteks sosial, religius, dan ekonomi.
E.
Daftar
Pustaka
Kartomihardjo,
S. 1993. “Analisis Wacana dengan Penerapannya pada Beberapa Wacana” dalam PELBA
6. Penyunting Purwo, BK. Jakarta: Lembaga Bahasa UNIKA Atmajaya.
Rani,
A. Arifin, B, dan Martutik. 2006. Analisis
wacana: Sebuah kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing.
Sutopo. HB. 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Suyitno,
I, Suyitni L, dan Suwarno. 2007. Analisis
Wacana Teori: Teori dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wahyudi,
dan M. Rohmadi. 2014. Intensif Mendalami
dan Menguasai materi Ujian Sekolah SD/MI 2014. Surakarta: Cakrawala Media.
Wijana, I Dewa P.
dan Rohmadi, M. 2009. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis.
Surakarta:Yuma Pustaka.
0 Response to "Analisis Wacana Tekstual dan Kontekstual Soal Cerita Matematika dalam Ujian Nasional SD sebagai bentuk Implementasi Bahasa sebagai Penghela Ilmu dalam Kurikulum 2013"
Post a Comment