Belajar
dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi akibat adanya
pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai terjadinya belajar
didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi, akomodasi dan
keseimbangan.
Piaget
memandang belajar itu sebagai tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut
pikiran. Tindakan kognitif menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian
terhadap lingkungan.
Piaget
menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan menggunakan diagram berikut :
Berdasarkan
diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang sudah memiliki pengalaman
yang khas, yang berarti anak sudah memiliki sejumlah skemata yang khas. Pada
suatu keadaan seimbang sesaat ketika ia berhadapan dengan stimulus (bisa berupa
benda, peristiwa, gagasan) pada pikiran anak terjadi pemilahan melalalui
memorinya.
Dalam
memori anak terdapat 2 kemungkuinan yang dapat terjadi yaitu :
Terdapat
kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah ada dalam pikiran
anak. Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema yang
ada dalam pikiran anak. Kedua hal itu merupakan kejadian asimilasi.
Menurut
diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan penguatan terhadap
skema yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang) tidak sepenuhnya dapat
diasimilasikan ke dalam skemata yang ada. Di sini terjadi semacam gangguan
mental atau ketidakpuasan mental seperti keingintahuan, kepedulian,
kebingungan, kekesalan, dsb.
Dalam
keadaaan tidak seimbang ini anak mempunyai 2 pilihan :
Melepaskan
diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau menyerah dan tidak
berbuat aa-apa (jalan buntu) Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik
berupa tanggapan secara fisik maupun mental. Bila ini dilakukan anak mengubah
pandangannya atau skemanya sebagai akibat dari
tindakan
mental yang dilakukannya terhadap stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi.
Suatu
komponen terpenting dalam teori perkembangan intelektual Piaget adalah
melibatkan partisipasi anak. Artinya bagaimana anak mempelajari sesuatu
sekaligus mengalami sesuatu yang dipelajari tersebut melalui lingkungan.
Pengetahuan bukan semata-mata berarti
memindahkan secara verbal, melainkan harus dikonstruksi dan bahkan
direkonstruksi oleh anak.
Piaget
menyatakan bahwa anak-anak yang ingin mengetahui dan mengkonstruksi pengetahuan
tentang objek di dunia, mereka mengalami dan melakukan tindakan tentang objek
yang diketahuinya dan mengkonstruksi objek itu berdasarkan pemahaman mereka.
Karena pengertian anak terhadap objek itu dapat mengatur realitas dan tindakan
mereka.
Anak
harus aktif, dalam pengertian bahwa anak bukanlah suatu bejana yang harus diisi
penuh dengan fakta. Pendekatan belajar Piaget merupakan pendekatan kesiapan.
Pendekatan kesiapan dalam psikologi perkembangan menekankan bahwa anak-anak
tidak dapat belajar sesuatu sampai kematangan memberikan kepada mereka
prasyarat-prasyarat.
Kemampuan
untuk mempelajari konten kognisi selalu berhubungan dengan tahapan dalam
perkembangan intelektual anak. Dengan demikian, anak yang berada pada tahapan
dan kelompok umur tertentu tidak dapat diajarkan materi pelajaran yang lebih
tinggi dari pada kemampuan umur anak itu sendiri.
Pertumbuhan
intelektual melibatkan tiga proses fundamental; asimilasi, akomodasi, dan
equilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi melibatkan penggabungan pengetahuan baru
dengan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
Akomodasi
berarti perubahan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya untuk
mengakomodasi hadirnya informasi baru. Penyatuan dua proses asimilasi dan
akomodasi inilah yang membuat anak dapat membentuk schema. Seperti yang
dipahami dalam teori schema, istilah schema (tunggal) merujuk pada representasi
pengetahuan umum.
Sedangkan
jamaknya schemata tertanam dalam suatu komponen atau ciri ke komponen lain pada
tingkat abstraksi yang berbeda. Hubungannya lebih mendekati kemiripan dalam web
dari pada hubungan hirarki. Artinya, setiap satu komponen dihubungkan dengan
komponen-komponen lain (SIL International, 1999).
Lebih
jauh, yang dimaksud dengan equilibrasi adalah keseimbangan antara pribadi
seseorang dengan lingkungannya atau antara asimilasi dan akomodasi. Ketika
seorang anak melakukan pengalaman baru, ketidakseimbangan hampir mengiringi
anak itu sampai dia mampu melakukan asimilasi atau akomodasi terhadap informasi
baru yang pada akhirnya mampu mencapai keseimbangan (equilibrium).
Ada
beberapa macam equilibrium antara asimilasi dan akomodasi yang berbeda
menurut tingkat perkembangan dan perbagai persoalan yang diselesaikan. Bagi
Piaget, equilibrasi adalah faktor utama dalam menjelaskan mengapa beberapa anak
inteligensi logisnya berkembang lebih cepat dari pada anak yang lainnya.
0 Response to "Bagaimana Agar Belajar Anak Usia Dini Efektif"
Post a Comment